Sabtu, 12 Januari 2013

Tiga Kesenian Cirebon Punah



Tiga Kesenian Cirebon Punah  

TEMPO.CO, Cirebon
Sebanyak 3 kesenian asli Cirebon telah punah. Keberadaan organ tunggal disinyalir menjadi penyebab punahnya kesenian Cirebon itu. Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan olahraga (Kadisbudparpora) Kabupaten Cirebon, Asdullah, Kamis, 10 Januari 2013 menyatakan Cirebon kini tinggal memiliki 14 kesenian asli. "Dari 17 kesenian asli Cirebon, sebanyak 3 di antaranya sudah punah," kata Asdullah.

Ada pun tiga kesenian tersebut adalah Genjring, Lais, dan Masres (sandiwara). Penyebab punahnya tiga kesenian tersebut akibat ketiadaan panggilan atraksi dari masyarakat. "Masyarakat sekarang lebih senang memanggil organ tunggal jika ada hajat maupun pesta rakyat lainnya," kata Asdullah.

Padahal Masres, menurut Asdullah, sangat terkenal hingga ke luar negeri. Masres biasanya mengangkat sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa. "Jadi, bukan hanya sandiwara, tapi ada sejarahnya," katanya.

Selain punah, kini ada 14 kesenian daerah lainnya yang sudah sangat jarang dipentaskan. "Karena itu, kami berkeinginan agar kesenian-kesenian tradisional tersebut bisa dihidupkan kembali," katanya.

Salah satunya dengan menggelar kesenian tradisional saat upacara-upacara adat rakyat. "Seperti saat Mapag Sri ataupun Nadran. Kesenian daerah yang punah dan nyaris punah bisa dipertontonkan ke masyarakat," kata Asdullah.

Nurdin M. Noer, budayawan Cirebon, menyatakan untuk menghidupkan kesenian daerah yang punah dan nyaris punah harus ada peraturan daerah (perda)-nya terlebih dahulu. "Perda-nya memang harus dibuat terlebih dahulu untuk dasar pengembangannya," katanya.

Selanjutnya dimulai kembali usaha untuk menghidupkannya di tengah-tengah masyarakat luas. "Tapi untuk menghidupkan kembali kesenian daerah tidaklah mudah," katanya. Harus secara terus-menerus disertai dengan dukungan dana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar