Eksim
Sebabkan Sidik Jari Sulit Dideteksi
Orang dewasa yang memiliki kulit telapak kering empat kali
lebih sulit diverifikasi sidik jarinya melalui pemindai terkomputerisasi
dibandingkan dengan yang tidak. Tidak hanya kering, tangan yang pernah
mengalami dermatitis atau eksim juga sulit
terdeteksi alat pindai. Sebuah penelitian baru di Malaysia telah membuktikan.
"Karena penggunaan biometrik muncul di kehidupan sehari-hari, saya pikir dermatitis tangan akan menjadi masalah di masa datang," kata pemimpin peneliti, Dr Lee Chew Kek, dermatolog di UCSI University di Kuala Lumpur. "Ini bisa memiliki efek terhadap perekonomian, pekerjaan, dan keamanan," kata Lee.
Kulit pecah-pecah atau bengkak dapat merusak pola celah atau keunikan yang ditemukan dalam sidik jari individu. Pola celah atau keunikan sidik jari ini juga dapat rusak akibat peradangan kulit yang disebabkan oleh reaksi alergi.
Dalam penelitian ini, tim UCSI merekrut 100 pasien dengan dermatitis yang dapat mempengaruhi baik ibu jari dan jari lainnya. Mereka juga merekrut 100 peserta lain dengan jari-jari yang sehat sebagai kelompok pembanding. Setiap sidik jari individu dipindai sampai tiga kali untuk mendapatkan perbandingan yang akurat.
Hasilnya, 27 dari 100 pasien yang memiliki eksim di jari tangannya tidak dapat terbaca oleh mesin pemindai sidik jari. Sedangkan dari kelompok pembanding atau yang tidak memiliki dermatitis pada jarinya, hanya 2 pasien yang tidak dapat terbaca sidik jarinya.
Sementara itu, 84 pasien memiliki daerah dimana cetakan jempol mereka hilang. Ini disebabkan karena kulit yang kasar serta muncul bintik-bintik di sekitar daerah tersebut. Semakin besar daerah yang hilang, maka semakin sulit sidik jari teridentifikasi oleh alat pindai.
Selain hilangnya sidik jari, dermatitis juga dapat menyebabkan timbulnya garis putih abnormal pada ujung jari yang mengacaukan pola sidik jari. Garis putih abnormal ini muncul karena adanya kerutan di jari jemari. Para peneliti juga menduga, garis putih muncul karena adanya bagian pada kulit yang terpotong, sehingga merusak pola sidik jari.
Meski begitu, sebab musabab sidik jari yang tidak terbaca alat pemindai juga dapat disebabkan oleh faktor biologis. "Dermatitis adalah salah satu dari banyak faktor yang tentunya dapat mempengaruhi kualitas gambar sidik jari," ujar Steve Fischer, Juru Bicara dari Pusat Informasi Kriminal dari Divisi Keadilan FBI.
Karena itu, beberapa sidik jari orang-orang dengan profesi tertentu tidak dapat terbaca oleh alat pemindai. Misalnya pekerja yang harus mencuci tangan mereka terus-menerus, seorang mekanik yang sering terpapar minyak oli dan logam dalam mesin, atau koki yang sering memotong bawang di dekat telunjuk dan ibu jari mereka.
Karena dermatitis tangan tidak masalah langka, "mungkin ada sejumlah besar individu yang akan terhalang oleh teknologi sidik jari," jelas Dr Bruce Brod dari University of Pennsylvania. "Dalam hal pengobatan untuk dermatitis tangan, kita masih tertinggal. Ini cenderung menjadi masalah yang sangat kronis.
"Karena penggunaan biometrik muncul di kehidupan sehari-hari, saya pikir dermatitis tangan akan menjadi masalah di masa datang," kata pemimpin peneliti, Dr Lee Chew Kek, dermatolog di UCSI University di Kuala Lumpur. "Ini bisa memiliki efek terhadap perekonomian, pekerjaan, dan keamanan," kata Lee.
Kulit pecah-pecah atau bengkak dapat merusak pola celah atau keunikan yang ditemukan dalam sidik jari individu. Pola celah atau keunikan sidik jari ini juga dapat rusak akibat peradangan kulit yang disebabkan oleh reaksi alergi.
Dalam penelitian ini, tim UCSI merekrut 100 pasien dengan dermatitis yang dapat mempengaruhi baik ibu jari dan jari lainnya. Mereka juga merekrut 100 peserta lain dengan jari-jari yang sehat sebagai kelompok pembanding. Setiap sidik jari individu dipindai sampai tiga kali untuk mendapatkan perbandingan yang akurat.
Hasilnya, 27 dari 100 pasien yang memiliki eksim di jari tangannya tidak dapat terbaca oleh mesin pemindai sidik jari. Sedangkan dari kelompok pembanding atau yang tidak memiliki dermatitis pada jarinya, hanya 2 pasien yang tidak dapat terbaca sidik jarinya.
Sementara itu, 84 pasien memiliki daerah dimana cetakan jempol mereka hilang. Ini disebabkan karena kulit yang kasar serta muncul bintik-bintik di sekitar daerah tersebut. Semakin besar daerah yang hilang, maka semakin sulit sidik jari teridentifikasi oleh alat pindai.
Selain hilangnya sidik jari, dermatitis juga dapat menyebabkan timbulnya garis putih abnormal pada ujung jari yang mengacaukan pola sidik jari. Garis putih abnormal ini muncul karena adanya kerutan di jari jemari. Para peneliti juga menduga, garis putih muncul karena adanya bagian pada kulit yang terpotong, sehingga merusak pola sidik jari.
Meski begitu, sebab musabab sidik jari yang tidak terbaca alat pemindai juga dapat disebabkan oleh faktor biologis. "Dermatitis adalah salah satu dari banyak faktor yang tentunya dapat mempengaruhi kualitas gambar sidik jari," ujar Steve Fischer, Juru Bicara dari Pusat Informasi Kriminal dari Divisi Keadilan FBI.
Karena itu, beberapa sidik jari orang-orang dengan profesi tertentu tidak dapat terbaca oleh alat pemindai. Misalnya pekerja yang harus mencuci tangan mereka terus-menerus, seorang mekanik yang sering terpapar minyak oli dan logam dalam mesin, atau koki yang sering memotong bawang di dekat telunjuk dan ibu jari mereka.
Karena dermatitis tangan tidak masalah langka, "mungkin ada sejumlah besar individu yang akan terhalang oleh teknologi sidik jari," jelas Dr Bruce Brod dari University of Pennsylvania. "Dalam hal pengobatan untuk dermatitis tangan, kita masih tertinggal. Ini cenderung menjadi masalah yang sangat kronis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar