Kamis, 03 Januari 2013

Di balik Misteri Genetik Si Pembunuh Massal



Di balik Misteri Genetik Si Pembunuh Massal  
 

Rasa penasaran menggayuti benak para ahli genetika dari Universitas Connecticut terhadap kasus penembakan massal yang dilakukan Adam Lanza, 20 tahun, ke Sekolah Dasar Sandy Hook di Newton, Connecticut, Amerika Serikat, Jumat, 14 Desember 2012. Setelah menembaki 28 korban, yang terdiri dari siswa, guru, dan kepala sekolah, hingga tewas, Adam kemudian melakukan bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri.

Para ahli genetika  berencana mempelajari DNA dari tubuh
Adam, meski langkah ini kontroversial lantaran berpotensi menabrak batas etika. Penelusuran secara genetik diharapkan dapat menguak petunjuk biologis di balik tindakan kekerasan ekstrem yang dilakukan Adam.

"Kami mencari mutasi gen yang mungkin berhubungan dengan penyakit mental yang dapat memicu risiko kekerasan," ujar juru bicara universitas, seperti dikutip New York Times. Ia enggan memberikan keterangan lebih rinci ihwal rencana para peneliti universitas.

Sejumlah peneliti dari luar universitas punya anggapan sendiri. Menurut mereka, pemetaan DNA dapat menguak seluruh gen pada tubuh Adam. Segala macam penyimpangan gen, seperti duplikasi, penghapusan (delesi), atau mutasi gen yang tak terduga, dapat dilacak. "Bisa juga untuk menentukan gen yang aktif (memicu kekerasan) dan seberapa aktif mereka," ujarnya.

Penelitian Universitas Connecticut ini bakal menjadi terobosan penting di bidang genetika yang berkaitan dengan forensik. "Akan menjadi yang pertama yang mencoba meneliti secara rinci DNA dari pembunuh massal," kata juru bicara universitas.

Beberapa peneliti, seperti Profesor Arthur Beaudet dari Baylor College of Medicine, memuji usaha tersebut. Ia percaya tindakan yang dilakukan Adam Lanza dan pembunuh massal bersenjata api lainnya begitu jauh dari tren perilaku normal manusia. "Pasti ada perubahan genetik yang memicu tindakan mereka," ujar ketua departemen genetika molekuler ini.

Ilmuwan lain pesimistis. Mereka khawatir penelitian ini akhirnya hanya mencap orang-orang yang tidak pernah melakukan kejahatan tapi ternyata memiliki kelainan genetik yang sama seperti pada tubuh pembunuh massal.

Dalam ilmu tentang penyakit mental, ada kemungkinan ratusan gen yang terlibat dalam munculnya perilaku kekerasan yang ekstrem. Belum lagi berbagai pengaruh lingkungan. Semua faktor ini dapat berinteraksi dengan cara yang kompleks dan tak terduga. "Hampir tak terbayangkan ada
faktor genetik umum yang dapat ditemukan dalam pembunuh massal," kata Robert C. Green, ahli genetika dan saraf di Harvard Medical School.

Para ilmuwan sangat menyadari sejarah di balik pertanyaan seputar faktor biologis yang berkaitan dengan aksi kekerasan. Pada awal abad 20, muncul klaim yang menyebutkan bahwa perilaku kriminal diwariskan. Hipotesis ini bermuara pada aksi pembasmian para pasien mental dan penjahat selama zaman gerakan eugenika tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar